Sebagai titik tolak diambil bentuk-bentuk geometris, karena bentuk-bentuk ini merupakan bentuk-bentuk yang dihadapi oleh setiap sarjana teknik, dari jurusan apapun, kecuali itu bentuk geometris adalah sederhana, tetapi jelas dan tegas sesuai dengan kepribadian PII.
Segi empat adalah bentuk basis (oreon) dari segala bentuk. Setiap bentuk senantiasa dapat dikembalikan kepada segi empat. Maka tidak heran apabila lahir suatu aliran baru ( dalam seni pahat, seni rupa, arsitektur ) yang disebut kubisme yang mengembalikan segala bentuk kepada bentuk-bentuk asalnya yaitu bentuk kubus-kubus.
Selanjutnya segi empat dapat juga dipandang sebagai bidang rata prisma atau piramida. Semuanya itu merupakan benda-benda yang dihadapi setiap sarjana teknik. Lingkaran, kecuali bentuk yang diturunkan dari segi empat, dapat juga dipandang sebagai bola atau kerucut yang juga merupakan benda-benda yang dihadapi setiap sarjana teknik. Bulatan dengan segi empat ditengahnya selanjutnya mempunyai arti yang dalam sekali. Kata “bulat” mengandung arti sesuatu yang telah dipertimbangkan dengan masak, seperti dalam perkataan “kebulatan tekad” sedangkan kata “persegi” mengandung arti sesuatu yang sempurna. Jadi, sebuah segi empat yang dilingkari oleh sebuah lingkaran, telah cukup melambangkan seorang insinyur dalam cara kerja dan berpikirnya.
Dengan menerapkan ilmu ( persegi ) dan disertai dengan perhitungan yang eksak dan pertimbangan yang masak ( bulatan ), terciptalah karya-karya yang besar. Bulatan ditengah yang sangat mencolok dan merupakan pusat perhatian setiap pengamat, menunjukkan inti kehidupan ( teken des levens ), yaitu sumber segala daya hidup, sehingga ia melambangkan keimanan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Maka kombinasi bentuk-bentuk yang sederhana di atas, dapat memancarkan arti yang besar sedangkan dengan kesederhanaan bentuk, masyarakat dengan mudah dapat mengenal lambang PII. Pengenalan adalah yang terpenting sedangkan pemahaman adalah soal yang kedua.